Monday, September 3, 2018

Membaca 15 menit sebelum pembelajaran

Kegiatan membaca lima belas menit dilakukan setiap hari, namun guru tidak perlu memberikan pertanyaan tentang isi buku setiap hari. Pada tahap pembiasaan, prinsip TANPA TAGIHAN harus dijaga agar tujuan penumbuhan minat baca peserta didik bisa dicapai. Kegiatan bertanya tentang isi buku bisa dilakukan sesekali, misalnya: 2–3 minggu sekali. Selain itu, sifatnya opsional dan tanpa paksaan. Meskipun begitu, guru bisa memberikan apresiasi bila peserta didik mau menjawab pertanyaan guru. Contoh apresiasi antara lain: stiker, sebutir permen, atau sepotong kue. Bahkan satu kalimat pujian saja sudah mampu memotivasi peserta didik untuk semakin giat membaca. Tahap Pengembangan Pada tahap pengembangan, guru bisa menggunakan tabel atau peta cerita sebagai kegiatan tindak lanjut. Semua peserta didik didorong untuk menuliskan ringkasan cerita/buku dan respon mereka di dalam peta cerita/buku. Dalam tahap ini, Mari Bertanya tentang Buku adalah TANPA PENILAIAN AKADEMIK. Untuk mendorong dan memberikan apresiasi peserta didik atas upaya mereka, peta cerita/buku yang sudah diisi bisa ditempelkan di dinding kelas. Selain itu, peserta didik juga bisa diminta menyampaikan isian peta cerita/buku kepada teman dalam kelompok atau di depan kelas. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai PENILAIAN NONAKADEMIK. Tahap Pembelajaran Tahap pembelajaran berarti bahwa peserta didik sudah terbiasa dengan rutinitas kegiatan membaca lima belas menit selama kurun waktu tertentu. Diskusi tentang isi buku juga sudah sering dilakukan di kelas. Dengan kata lain, peserta didik sudah memiliki persepsi membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan. Dengan demikian, daftar pertanyaan dan peta cerita/buku bisa dikembangkan menjadi bagian pembelajaran bahasa dan menjadi TAGIHAN AKADEMIK.

pengembangan Karakter Bangsa

18 nilai-nilai dalam pendidikan karakter menurut Diknas adalah: 1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain. 2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja Keras Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta Tanah Air Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/Komunikatif Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 14. Cinta Damai Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa

Membangun Budaya Literasi

Pendidikan yang berkualitas menjadi kebutuhan penting di era persaingan global yang kian kompetitif. Para pengambil kebijakan di tingkat pusat pastinya sudah menyadari akan hal tersebut. Untuk menjadikan dunia pendidikan berkualitas, tentu sangat banyak faktor yang berkaitan dan saling mempengaruhi. Salah satu upaya pemerintah menjadikan pendidikan berkualitas adalah melalui meningkatkan budaya literasi (membaca dan menulis). Pemerintah melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 telah menyadari pentingnya penumbuhan karakter peserta didik melalui kebijakan membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Namun untuk menyukseskan rencana besar ini, tidak bisa instant dan bersifat temporary. Yang akan dibangun itu adalah kebiasaan, maka dibutuhkan suatu pembiasaan yang harus terus menerus dilakukan sejak usia dini dan untuk itu konsistensi sangat diperlukan. Semua elemen bangsa ini harus menyadari bahwa budaya baca-tulis bangsa kita saat ini sangat rendah. Sejak era kecanggihan teknologi saat ini, maka hal yang menjadi daya tarik bagi anak-anak kita bukanlah lagi buku, namun gawai, dan televisi. Coba saja lihat di rumah kita dan lingkungan sekitar. Anak-anak merunduk bermain game atau aktif di dunia medsos melalui gawainya . Sudah jarang sekali membaca buku-buku baik pelajaran, komik, buku pengetahuan umum atau jenis buku apa pun. Saya masih ingat kenangan masa kecil, dimana bahan bacaan untuk anak ketika itu cukup mudah dijumpai dan marak, meski didominasi dari bahan bacaan impor. Namun setidaknya cukup mendorong minat baca pada anak anak ketika itu. Untuk menumbuhkan budaya membaca di masyarakat, kita bisa meniru negara Vietnam. negara ini pernah mengalami konflik perang saudara berkepanjangan, dan saat ini sudah lebih dulu menyadari pentingnya mereformasi dunia pendidikannya melalui membaca. Melalui metode gerakan masyarakat mengumpulkan donasi dan buku, serta menyebarkan melalui pendirian perpustakaan di seluruh pelosok negara tersebut. Dan kita bisa melihat hasilnya saat ini yaitu kemajuan negara Vietnam yang cukup pesat di Asia Tenggara. Indonesia tidak boleh kalah dalam hal ini, karena mengingat sumberdaya manusia Indonesia sangat berpotensi menjadi yang terdepan tidak hanya di kawasan Asia Tenggara, namun di lingkup Asia bahkan Dunia. Untuk itu, gerakan literasi yang sekarang ini marak, tidak hanya dibebankan tanggung jawabnya kepada pemerintah semata. Karena untuk membangun suatu kebiasaan justru dimulai dari unit terkecil di masyarakat yaitu keluarga. Saya belum memiliki data ilmiah tentang upaya penumbuhan budaya membaca di keluarga, tapi saya meyakini bahwa keluarga di Indonesia (baik di perkotaan, apalagi di pedesaan), masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya budaya membaca apabila dilihat dari indikator persentase pengeluaran keluarga untuk membeli buku. Dari indeks membaca, rata-rata penduduk Indonesia hanya membaca 4 judul buku setahun dan masih jauh dari standar UNESCO yaitu 7 judul buku dalam setahun. Indonesia masih memiliki peringkat yang rendah dalam indeks membaca. Dari 65 negara Indonesia berada pada peringkat 60 dan masih di bawah Malaysia. Berdasarkan data tersebut, sudah bisa terlihat bahwa Indonesia masih jauh ketinggalan dari negaranegara lain, bahkan dari Malaysia yang konon puluhan tahun lalu, banyak mengimpor guru dari Indonesia, dan berguru pada bangsa kita, namun mengapa sekarang Indonesia ketinggalan? Miris. Selain di keluarga, membangun budaya membaca harus dimulai dari Sekolah. Mengapa Sekolah? Karena sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan yang berperan sangat penting bagi pengembangan potensi sumber daya manusia. Namun harus kita akui secara jujur, bahwa secara umum kegiatan intelektual membaca dan menulis belum menjadi tradisi di sekolah. Bahkan di lingkungan sekolah yang notabene merupakan sebuah komunitas akademik, kegiatan membaca dan menulis di kalangan guru maupun siswa masih rendah. Mungkin tradisi membaca dan menulis masih agak lumayan muncul di kalangan perguruan tinggi. Padahal sejak jaman Belanda, tradisi intelektual ini sudah dimunculkan sejak tingkat sekolah. Siswa AMS (sekolah Belanda) diwajibkan harus membaca 25 judul buku sebelum mereka lulus. Dengan kebijakan seperti itu kita bisa melihat hasilnya yaitu tradisi intelektual yang kuat dari para tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan yang mencicipi sistem persekolahan Belanda tersebut. Saat ini tradisi membaca dan menulis harus terus dikembangkan mengingat bahwa melalui membaca, maka kemajuan pendidikan akan lebih pesat. Kemudian melalui kegiatan menulis, ide, gagasan, serta ilmu pengetahuan akan terus berkembang. Melalui tulisan ide dan gagasan, akan lebih dikenang sepanjang masa dibandingkan hanya terucapkan secara lisan yang mudah hilang selepas gagasan tersebut dilontarkan. Kebiasaan membaca dan menulis harus terus ditumbuhkan di sekolah-sekolah sebagai dunia akademik, mengingat saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan bahwa guru yang akan naik pangkat dituntut harus menghasilkan karya tulis. Jauhkan cara-cara yang tidak bermartabat sebagai pendidik melalui budaya plagiat atau men-subkontrakkan pembuatan karya tulis pada pihak-pihak penjual jasa pembuatan karya tulis yang marak iklannya di berbagai media online. Dengan memiliki keterampilan menulis, maka guru akan menghemat pengeluaran dalam pembuatan karya tulis dan lebih memiliki rasa percaya diri dan menjaga harkat dan martabat diri. Dibutuhkan visi dan misi yang sama dari komponen masyarakat yang ada untuk membangun koalisi literasi. Koalisi ini dibutuhkan sebagai perekat untuk menyatukan kepingan potensi yang terserak sehingga gerakan membaca dan menulis dimulai dari sebuah gerakan skala mikro masyarakat di tingkat daerah hingga menjadi gerakan skala makro di tingkat nasional. Untuk percepatan terbentuknya koalisi budaya membaca dan menulis ini, nampaknya dibutuhkan kesungguhan dari para pengambil kebijakan (pemerintah) hingga masyarakat agar kebiasaan membaca dan menulis ini menjadi suatu kebutuhan baik di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kunci keberhasilan terletak pada kesungguhan dengan menghilangkan ego sektoral dengan merasa dirinya yang paling berhak, dan mulai saling bergandeng tangan untuk berbuat apa saja yang dapat kita lakukan, berkontribusi sekecil apa pun dari semua elemen masyarakat. Saya meyakini bahwa maju mundurnya program literasi bukan terletak di tangan pemerintah semata namun sinergi dengan masyarakat. Kesuksesan gerakan membaca dan menulis ini bukan tanggung jawab saya, atau Anda, tapi tanggung jawab kita. Melalui kerja bersama-sama, maka apa pun kesulitannya akan menjadi mudah untuk dilalui. Cara-cara yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis di lingkungan keluarga adalah: Kebiasaan memberi hadiah kepada anak berupa buku, sering mengajak anak jalan-jalan ke pameran atau toko buku, sisihkan sedikit pengeluaran untuk membeli buku minimal enam bulan sekali, orangtua sebagai role model dengan sering membaca dan menulis di rumah. Hal yang dapat dilakukan di lingkungan masyarakat, antara lain dengan: Mendirikan banyak komunitaskomunitas yang peduli literasi, Membangun sebanyak mungkin perpustakaan atau taman bacaan masyarakat dari mulai tingkat RT/RW. Di lingkungan sekolah, gerakan membaca dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kembali fungsi perpustakaan di tiap sekolah sejak tingkat Pra Sekolah (TK) hingga Sekolah Menengah. Letakkan posisi perpustakaan pada tempat strategis di lingkungan sekolah yang mudah dilihat, terjangkau, dan menyenangkan. Selama ini posisi perpustakaan di setiap sekolah nampaknya lebih banyak di tempat-tempat yang tersembunyi, sehingga jarang dikunjungi peserta didik. Untuk mendorong menumbuhkan kebiasaan membaca dan menulis bagi guru, maka pemerintah harus mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kemudahan bagi guru dalam memperoleh dan mengakses buku-buku. Berikan diskon harga khusus bagi guru-guru dalam membeli buku, dan berikan insentif untuk membantu mendorong penerbitan buku-buku yang ditulis oleh guru. Para guru hendaknya menjadi role model bagi peserta didik dengan banyak menghasilkan karya berupa artikel ilmiah, populer, maupun buku-buku. Selain itu, para kepala sekolah dan pengawas memberikan contoh dan teladan bagi para guru dengan banyak berkarya dan menghasilkan berbagai artikel tulisan dan buku-buku. Hal ini menjadi motivasi dan inspirasi yang penting bagi para guru. Memang kebiasaan membaca tidak mudah untuk ditumbuhkan di zaman ini, mengingat jaman kecanggihan teknologi saat ini, ketertarikan anak-anak lebih kepada medi daripada kepada buku, kemudian waktu anak lebih banyak dihabiskan di depan televisi dibandingkan untuk membaca. Namun saya meyakini, bahwa melalui gerakan bersama dari seluruh elemen masyarakat, maka suatu saat gerakan literasi ini akan menunjukkan keberhasilan dalam menumbuhkan budaya membaca yang pesat pada bangsa ini, sehingga kualitas sumber daya manusia Indonesia akan meningkat dan sejajar dengan negara maju di dunia. Literasi bukanlah urusan saya dan Anda, tetapi literasi adalah urusan kita. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Dan mau menunggu sampai kapan?

Thursday, August 9, 2018

Prinsip dalam Berliterasi

Menurut Beers (2009) dalam literasi sekolah menekankan kepada prinsip-prinsip berikut ini : • Program Literasi Yang Baik Bersifat Berimbang. Sekolah yang menerapkan prinsip ini maka akan menyadari bahwa siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda satu sama lain maka dari itu, diperlukan berbagai strategi membaca dan variasi teks. • Diskusi dan Strategi Bahasa Lisan Sangat Penting Dalam prinsip literasi ini, siswa dituntut untuk dapat berdiskusi mengenai suatu informasi tertentu dan dalam diskusi membuka kemungkinan perbedaan pendapat dan diharapkan dapat mengungkapkan perasaan dan pendapatnya untuk melatih kemampuan berfikir lebih kritis. • Program Literasi Berlangsung di Semua Kurikulum Program literasi di tunjukan oleh seluruh siswa jadi tidak bergantung pada kurikulum dan membiasakan kegiatan literasi adalah kewajiban guru semua mata pelajaran. • Keberagaman Perlu dirayakan di Kelas dan di Sekolah Para siswa disediakan buku-buku yang bertemakan kekayaan budaya negara indonesia agar lebih mengenal budaya yang ada dan ikut melestarikannya.

Tujuan Berliterasi dan Jenisnya

Tujuan Literasi 1. Menumbuh kembangkan budi pekerti yang baik. 2. Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah maupun di masyarakat. 3. Dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca berbagai informasi yang bermanfaat. 4. Dapat meningkatkan kepahaman seseorang dalam mengambil inti sari dari bacaan. 5. Mengisi waktu dengan literasi agar lebih berguna. 6. Memberikan penilaian kritis pada karya tulis seseorang. 7. Memperkuat nilai kepribadian dengan membaca dan menulis. Manfaat Literasi 1. Menambah kosa-kata kita. 2. Mengoptimalkan kerja otak. 3. Menambah wawasan dan informasi baru. 4. Meningkatkan kemampuan interpersonal. 5. Mempertajam diri dalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang dibaca. 6. Mengembangkan kemampuan verbal. 7. Melatih kemampuan berfikir dan menganalisa. 8. Meningkatkan fokus dan konsentrasi seseorang. 9. Melatih dalam hal menulis dan merangkai kata-kata yang bermakna. Jenis-Jenis Literasi Literasi dibagi menjadi 5 yakni antara lain : • Literasi Dasar Literasi dasar adalah kemampuan untuk membaca, mendengarkan, berbicara, menulis dan menghitung. Literasi dasar bertujuan untuk mengoptimalkan dan meningkatkan dalam hal menulis, membaca, berbicara, menghitung dan mendengarkan. • Literasi Perpustakaan Literasi perpustakaan adalah kemampuan lanjutan untuk mengoptimalkan literasi perpustakaan yang ada. Literasi perpustakaan yakni terdiri dari memberikan pemahaman mengenai cara untuk membedakan antara cerita non fiksi dan cerita fiksi, memahami penggunaan katalog dan indeks serta mempunyai pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian dll. • Literasi Visual Literasi visual adalah pemahaman yang lebih antara literasi media dan literasi teknologi yang mengembangkannya dengan cara memanfaatkan materi visual. • Literasi Media Literasi media merupakan kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda seperti media cetak, media elektronik dll dan dapat mengerti penggunaan dari masing-masing media yang ada tersebut. • Literasi Teknologi Literasi teknologi adalah suatu kemampuan untuk memahami kelengkapan dalam suatu teknologi seperti hardware dan software, memahami cara mengakses internet dan mengerti etika yang berlaku dalam penggunaan teknologi. Baca Juga : Pengertian Desain, Tujuan, Fungsi, Jenis, Prinsip dan Metodenya Prinsip-Prinsip Literasi

Apakah Itu Literasi?

Berdasarkan hasil telaah dari berbagai referensi dan sudut pandang, kita bisa memaknai bahwa literasi adalahseperangkat kemampuan dan keterampilan  individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian literasi diatas didasarkan dari beberapa referensi yang menjabarkan tentang apa itu literasi, rinciannya adalah sebagai berikut.  Istilah literasi dalam bahasa latin disebut sebagai Literatus yang artinya adalah orang yang belajar. *Selanjutnya National Institut for Literacy sendiri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. *Education Development Center (EDC)juga turut menjabarkan pengertian dari literasi, yaitu kemampuan individu untuk menggunakan potensi serta skill yang dimilikinya, dan tidak sebatas hanya kemampuan baca tulis saja. *UNESCO juga menjelaskan bahwa literasi adalahseperangkat keterampilan yang nyata, khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks dimana keterampilan yang dimaksud diperoleh, dari siapa keterampilan tersebut diperoleh dan bagaimana cara memperolehnya. Menurut UNESCO, pemahaman seseorang mengenai literasi ini akan dipengaruhi oleh kompetensi bidang akademik, konteks nasional, institusi, nilai-nilai budaya serta pengalaman. *Di dalam kamus online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan juga mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

Monday, August 6, 2018

Bombastis MediaGuru Writing Camp 5 Jawa Tengah



BOYOLALI_ Wow ..Satu kata yang terucap. Pada kesempatan kali ini Tim Mediaguru mengadakan MWC 5 Jawa Tengah. Apa itu MWC? Mediaguru Writing Camp merupakan kegiatan yang paling bergengsi. Dimana dalam MWC 5 ini semua peserta diwajibkan dapat menulis buku dalam 3 hari 2 malam.  Kegiatan ini berlangsung selama 3 hari mulai tanggal 12-14 januari 2018. Bertempat di Wisma Haji Armina dibawah naungan Kemenag. Adapun pesertanya berasal dari kalangan kependidikan. Yang terdiri dari Pendidik, Kepala  sekolah dan pengawas. Baik dari dalam kota Sukoharjo sendiri, dan  ada yang berasal dari luar kota.bahkan tidak sedikit berasal dari luar pulau. Mereka semua yang mempunyai kerinduan dan semangat yang tinggi untuk mengembangkan gerakan Literasi. Sedangkan Narasumbernya dari Tim mediaguru. Ada pemred Eko Prasetyo dan editor handal Pak Andi Muhammad Yasin. Kegiatan ini berlangsung sangat spektakuler. Setiap peserta diberi tantangan untuk berani berkreasi dan berkarya. Berasa seperti nan0-nano. Ada dek-degan, senang, menyenangkan sehingga menggugah rasa ingin tahu. Karena dalam setiap sesi terdapat tugas-tugas yang sangat menantang. Sehingga membangkitkan emosi setiap peserta. Bagaimana tidak, dalam satu hari peserta diwajibkan dapat menulis naskahnya minimal 15 halaman. Namun demikian, mereka semua tidak mengeluh. Bahkan ibu Tugiati dari SMA 1 Karangayung, Grobogan berpendapat. Beliau sudah mengikuti kegiatan sabu-sabu 2 kali. Karena beliau ingin bisa menulis dengan cepat, dan ia sangat berharap kepada Tim Mediaguru agar dapat menfasilitasinya. Lain halnya dengan ibu guru yang cantik dan energik yang berasal dari Kebumen, ibu Ma’rivah S.Pd. motivasi beliau ikut kegiatan MWC 5 Jateng ini, supaya dapat memotivasi siswanya. Agar bisa menulis dan menghasilkan karya. Sepulang dari kegiatan ini, para peserta setidak-tidaknya sudah tahu apa yang akan mereka tulis. Hal ini diungkapkan oleh sang narasumber yang gokil abis, Eko Prasetyo. Dari pihak peserta rata-rata berharap tinggi.” Kami ingin terus menjalin kerja sama dengan Tim Mediaguru”.. Dan terus diadakan pendampingan, sampai terlahirnya sebuah karya yang bombastis. Seperti buku memorial, Best Practice, kumpulan doa, buku Mapel, kumpulan kolom, buku kuliner, kumpulan soal, puisi, cerpen, buku pedoman/panduan,buku cergam, dongeng, fabel, asal-usul daerah dan buku tentang teknologi.

Satu Guru Satu Buku with Mediaguru


DEMAM SABU-SABU
Virus yang disebarkan oleh gurusiana mulai merebak di berbagai kalangan edukasi. Hal ini menyebabkan demam sabu-sabu. Potret jatidiri para pendidik mulai terkuak. Terbukti dengan adanya program MKKS Banjarnegara yang bekerjasama dengan media guru. Sekitar 140 orang datang berbondong-bondong memenuhi ruangan Gedung Setda Lt 3 Banjarnegara. Selain dari wilayah Barlingmascakeb, bahkan dari luar daerah pun sangat antusias.
Demam ini tidak bisa disembuhkan, sebelum para peserta dapat menanggapi tantangan dari Dinas Pendidikan kabupaten Banjarnegara. Bahkan CEO media guru, menantang setiap peserta untuk menghasilkan SaBu-SaBu ( Satu Bulan Satu Buku). Bahkan setiap kita harus pulang tidak dengan tangan yang hampa.
Akibat dari sabu-sabu ini, diharapkan semua pendidik dapat menggali potensi dirinya. Bukan hanya berbicara saja, tapi perlu adanya Action. Sebab, tindakan itu lebih nyaring daripada teriakan. Marilah kita mulai sebarkan virus sabu-sabu ini. Bukan hanya kepada pendidik saja, siswa pun kita tularkan, supaya mereka dapat merasakan “ demam sabu-sabu”.