Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya
CGP Angkatan 1 Kabupaten Cilacap
Asih Andriyani - Kelas 19 C1
Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.
dalam mencapai visi sebagai guru penggerak melalui inisiatif perubahan yang berbasis kekuatan/ aset/potensi, yaitu dengan cara:
1. mengembangkan visi pribadi
2. memetakan kekuatan dalam diri dan potensi murid
3. merencanakan dan mengelola strategi perubahan.
Adapun hal-hal penting dalam membangun budaya positif, anatara lain dengan:
a. tujuan membangun budaya positif adalah menumbuhkan karakter anak
b. tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengtambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain
c. tindakan guru yang tepat yaitu dengan bertanya dan membuat kesepakatan kelas agar mendorong motivasi intrinsik.
Sekolah sebagai ekosistem
pendidikan merupakan sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang
hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling
berinteraksi satu sama lain sehingga akan menciptakan hubungan yang selaras dan
harmonis. Dalam ekosiste sekolah faktor-faktor biotik ini akan saling
mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Ibarat
siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi dan membutuhkan satu
sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan keharmonisan yang
diharapkan.
Faktor-faktor biotik yang
ada dalam ekosistem sekolah diantaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru,
Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar
sekolah. Selain faktor-faktor biotik tersebut, faktor-faktor abiotik juga
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang di
antaranya adalah: factor keuangan, Sarana dan prasarana. Maka dengan demikian
keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat bergantung pada acara pandang
sekolah pada dirinya dalam membangun dan merangsang kreativitas ekosistemnya
untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana
yang telah tertuang dalam visi dan misi sekolah tersebut
Ada dua pendekatan yang
dapat dilakukan dalam pengelolaan
sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah
(Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based
Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep
yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara
praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan
menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk
memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki.
Sedangkan Pendekatan
Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep
pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang
tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang
semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar
kita untuk dioptimalkan.
Dalam mengatasi tantangan
kekurangan dalam kebutuhan pada komunitas, Kretzmann dan
McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari
usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut
Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community
development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal
utama, yaitu:
1. Modal Manusia
Sumber daya manusia yang
berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang
berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri
seseorang.
Pemetaan modal atau aset
individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan
keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan
kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu
yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
Pendekatan lain
mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang
berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok
orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.
Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam
mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan
seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan
bermain musik.
2. Modal Sosial
Norma dan aturan yang
mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku
warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur
yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
Investasi yang berdampak
pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan,
contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki
masa depan yang sama.
Contoh-contoh yang
termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu
kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang
atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling
berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang
bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah
berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya.
Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya
asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur
organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses
pengembangan komunitas masyarakat.
3. Modal Fisik Terdiri
atas dua kelompok utama, yaitu:
Bangunan yang bisa
digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium,
pertemuan, ataupun pelatihan.
Infrastruktur atau sarana
prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur
komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.
4. Modal
Lingkungan/alam
Bisa berupa potensi yang
belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian
alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang
bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
Tanah untuk berkebun,
danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah,
bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan
sebagainya.
5. Modal Finansial
Dukungan keuangan yang
dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses
pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
Modal finansial termasuk
tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji,
serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
Modal finansial juga
termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar,
bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual,
bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi
lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.
6. Modal Politik
Modal politik adalah
ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau
kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah
umum yang terjadi dalam komunitas.
Lembaga pemerintah atau
perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas
sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.
7. Modal Agama dan budaya
Upaya pemberian bantuan
empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan
utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah,
makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
Kebudayaan yang unik di
setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan,
serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam
sebuah ruang geografis.
Agama merupakan suatu
sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku
individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.
Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi
juga perilaku atau amalan.
Identifikasi dan pemetaan
modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat
keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas,
termasuk kelembagaan dan tokohtokoh penting yang berperan langsung atau tidak
langsung di dalamnya. - Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan
ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang
tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk
menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Koneksi atau hubungan
materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini dapat dikaitkan dengan materi
di modul sebelumnya yakni filosofi pemikiran KHD tentang tujuan pendidikan dan
pengajaran yang berada di modul 1.1, nilai dan peran guru penggerak di modul
1.2, Menentukan Visi Sekolah yang dapat dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri
apresiatif dalam BAGJA di modul 1.3 dan budaya positif di modul 1.4 yang dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan di sekolah.
Dari pembelajaran
pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di modul 3.2 ini saya telah menemukan
hal baru yang tidak saya ketahui dan pahami sebelumnya dalam upaya
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada di sekitar sekolah secara
kreatif agar program pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana secara
maksimal.
Selama ini saya memiliki
pola pikir yang selalu berfokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan
apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya saya lihat dengan cara pandang
negatif yang semakin lama telah membuat saya lupa akan potensi kekuatan yang
ada disekitar saya untuk dioptimalkan. Hal ini kiranya telah mengakibatkan saya
menjadi ragu dalam melaksanakan setiap program yang akan dijalankan.
Bahkan program itu
cenderung tidak berjalan yang sering terkendala karena menghadapi persoalan
keuangan, sarana dan prasarana sebagai akibat dari pandangan negatif serta
minimnya upaya untuk membangun potensi yang ada di sekitar saya secara kreatif
atau dalam menyampaikan ide-ide kreatif dalam kosistem sekolah.
Namun sekarang saya telah
mengetahui dan memahami bagaimana cara mengelola sumber daya sebagai pemimpin
pembelajaran secara optimal dengan menggunakan pendekatan berbasis asset serta
dapat memberdayakan seluruh asset yang ada di sekitar komunitas dengan strategi
yang kreatif berdasarkan pemetaan 7 aset utama menurut Green dan Haines (2002)
yang telah saya pelajari di Program Guru Penggerak pada
modul 3.2 ini. Semoga tulisan ini juga dapat bermanfaat bagi pemerhati
pendidikan serta guru dalam sebuah komunitas pendidikan atau sekolah yang ingin
mengoptimalkan pemberdayaan aset atau modal utama sebagai sumber daya yang ada
di sekitar kita dalam mendukung berjalannya program yang sering kali terkendala
sebagai akibat dari minimnya faktor pendukung yaitu keuangan, sarana dan
prasarana baik di daerah desa maupun perkotaan agar tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dapat berjalan dengan lancar.
No comments:
Post a Comment