Monday, November 30, 2020

KONSEP PERUBAHAN KOLABORATIF BAGJA DALAM MEWUJUDKAN VISI MURID MERDEKA BELAJAR DAN BERKARAKTER

 1.3.a.9. Koneksi Antar Materi - Sintesis Berbagai Materi 

( Modul 1.3 )

ASIH ANDRIYANI

CGP Angkatan 1 Kabupaten Cilacap



Konsep Merdeka Belajar dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara 

        Ki Hadjar Dewantara memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Tujuan pendidikan adalah kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam. Maksud pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu mendapatkan kemajuan lahir dan batin. Tujuan pendidikan adalah tentang kepuasan atau ketentraman lahir dan batin, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahagia, atau rahayu, yaitu kondisi seseorang dalam keadaan senang dalam hidup batin, sehingga dapat dipahami jika pendidikan merupakan cara untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi, wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya. Sejalan dengan hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan yang umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”. Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan).

Ki Hadjar Dewantara memiliki strategi pengembangan pendidikan diantaranya pertama, pandangan mengenai jiwa merdeka yang harus ditanamkan pada generasi penerus karena hanya mereka yang berjiwa merdeka yang dapat melanjutkan perjuang dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga dibutuhkan pendidikan nasional dan pendidikan merdeka pada anak-anak untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional, yaitu merdeka secara lahir dan batin. Dapat dipahami bahwa merdeka merupakan sanggup dan kuat untuk berdiri sendiri. Kedua, pendidikan merupakan suatu usaha untuk memberikan segala kebatinan, yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada setiap pencerahan kultur, tidak hanya pemeliharaan akan tetapi juga memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju arah keluhuran hidup kemanusiaan (Dewantara, 2009). Ketiga, pendidikan merupakan sarana dalam mencapai pembaharuan, sehingga harus dipahami bahwa segala kepentingan anak didik mengenai kepentingan pribadi maupun masyarakat jangan sampai meninggalkan kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan alam maupun zaman. Dalam melaksanakan pengajaran yang luhur adalah yang terdapat kodrat alam di dalamnya, untuk mengetahui kodrat alam itu seseorang perlu memiliki kebersihan budi, yaitu sikap yang terdapat pada berpikir, halusnya rasa, dan kekuatan kemauan atau keseimbangan antara cipta rasa, dan karsa (Dewantara, 2009).

        Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran.Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai pembentuk karakter bangsa dimulai yang dari pembenahan sistem pendidikan dan metode belajar. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan.

Nilai dan Peran Guru dalam Mewujudkan Konsep Murid Merdeka Belajar

Guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak kegiatan sekolah. Tanpa adanya guru, kegiatan belajar mengajar di sekolah tidaklah berjalan baik. Karena tugasnya mengajar, maka guru harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan kemampuan itu, guru dapat melaksanakan perannya, yakni:

1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.

3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.

4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat.

5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh baik kepada siswanya agar berperilaku baik.

6. Sebagai elevator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.

7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada masyarakat.

8. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat, peserta didik, serta menunjang upaya-upaya pembangunan.

9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat.

10. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.

Di samping harus memiliki kemampuan profesional pembelajaran, setiap guru selaku tenaga kependidikan harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kedua jenis kemampuan terakhir ini turut menunjang pelaksanaan kemampuan profesional dalam belajar mengajar.Saat ini, banyak berpandangan bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja. Sebenarnya salah satu peran guru lainnya yaitu menjadi teladan bagi peserta didik dan dapat menuntun dan mengarahkan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik sehingga dapat berkembang dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan di mana pun ia berada.


Visi Guru/Sekolah yang Mendukung Konsep Murid Merdeka Belajar


Visi merupakan impian atau harapan tentang masa depan yang kita inginkan dan berusaha kita ciptakan. Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah visi yang jelas yang menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta didik. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

Hal yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di sekolah, karena suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang konsisten. Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa kini dan yang akan datang. Perubahan positif yang konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu yang berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus terus berlatih mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus dan ikhlas demi mewujudkan visi sekolah. Mengelola suatu perubahan positif untuk mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan.

Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. 

Bagja merupakan model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif. 

Alur BAGJA sebagai berikut.


B artinya Buat Pertanyaan Utama untuk menentukan arah penelusuran

A artinya Ambil Pelajaran untuk menuntun pengambilan pelajaran

G artinya Gali untuk menyusun narasi keadaan ideal

J artinya Jabarkan Rencana untuk mengidentifikasi tindakan yang diperlukan

artinya Atur Eksekusi untuk membantu transformasi rencana menjadi nyata





        Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

     Pada awal penerapannya nanti, guru penggerak mungkin merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Mari kita menguatkan kemauan melalui kurva belajar. Kurva belajar yang akan  dialami guru penggerak mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang.  Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

        Pertama kali respon kita menghadapi perubahan adalah shock. Kemudian kita masuk ke tahap denial alias menyangkal. Sampai kita masuk dalam tahap frustrasi karena ternyata kondisi berdampak pada segala sektor. Disini ada dua kemungkinan, bila kita berhasil melewati tahap ini kita akan bergerak naik dalam grafik perubahan tersebut. Orang yang bisa move on dia akan mengeksplorasi dan melihat peluang yang ada dan mulai menerima kondisi ini menjadi a new normal. Akhirnya kita menjalani gaya kehidupan yang berubah ini menjadi kebiasaan baru. Demikianlah seterusnya kita akan masuk dalam siklus proses perubahan di atas ketika menghadapi perubahan baru lainnya.
        Dengan merujuk pada kurva belajar ini,  maka marilah terus percaya bahwa pendekatan positif akan membuahkan hasil yang lebih luar biasa. Ini semua perlu dibiasakan. Ini adalah kebiasaan baru.


CGP Kab.Cilacap
Angkatan 1

Ki

No comments:

Post a Comment