Sunday, May 9, 2021

KONEKSI ANTAR MATERI PENDIDIKAN GURU PENGGERAK MODUL 3.2 PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

CGP Angkatan 1 Kabupaten Cilacap

Asih Andriyani - Kelas 19 C1



Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

dalam mencapai visi sebagai guru penggerak melalui inisiatif perubahan yang berbasis kekuatan/ aset/potensi, yaitu dengan cara:

1. mengembangkan visi pribadi

2. memetakan kekuatan dalam diri dan potensi murid

3. merencanakan dan mengelola strategi perubahan.

Adapun hal-hal penting dalam membangun budaya positif, anatara lain dengan:

a. tujuan membangun budaya positif adalah menumbuhkan karakter anak

b. tujuan akhir dari disiplin adalah agar murid memahami perilaku mereka sendiri, mengtambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain

c. tindakan guru yang tepat yaitu dengan bertanya dan membuat kesepakatan kelas agar mendorong motivasi intrinsik.

Sekolah sebagai ekosistem pendidikan merupakan sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotic (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga akan menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosiste sekolah faktor-faktor biotik ini akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Ibarat siklus dalam rantai makanan, ia akan saling mempengaruhi dan membutuhkan satu sama lainnya sehingga terciptalah keselarasan dan keharmonisan yang diharapkan. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah diantaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Selain faktor-faktor biotik tersebut, faktor-faktor abiotik juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang di antaranya adalah: factor keuangan, Sarana dan prasarana. Maka dengan demikian keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat bergantung pada acara pandang sekolah pada dirinya dalam membangun dan merangsang kreativitas ekosistemnya untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah tertuang dalam visi dan misi sekolah tersebut

Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumber daya yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thinking). Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, bahwa pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, dimana kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, dan yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif yang dimiliki. 

Sedangkan Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) adalah sebuah konsep pendekatan yang fokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama akan membuat kita lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar kita untuk dioptimalkan.

Dalam mengatasi tantangan kekurangan dalam kebutuhan pada komunitas, Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan maupun pedesaan. Menurut Green dan Haines (2002) mengatakan bahwa dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

 1. Modal Manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.

Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.

Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

2. Modal Sosial

Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.

Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.

Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

3. Modal Fisik Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.

Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

 4. Modal Lingkungan/alam

Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.

Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

5. Modal Finansial

Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.

Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.

Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

6. Modal Politik

Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.

Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

7. Modal Agama dan budaya

Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.

Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.

Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.

Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokohtokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya. - Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.

Koneksi atau hubungan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya ini dapat dikaitkan dengan materi di modul sebelumnya yakni filosofi pemikiran KHD tentang tujuan pendidikan dan pengajaran yang berada di modul 1.1, nilai dan peran guru penggerak di modul 1.2, Menentukan Visi Sekolah yang dapat dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri apresiatif dalam BAGJA di modul 1.3 dan budaya positif di modul 1.4 yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan di sekolah.

Dari pembelajaran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di modul 3.2 ini saya telah menemukan hal baru yang tidak saya ketahui dan pahami sebelumnya dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang ada di sekitar sekolah secara kreatif agar program pendidikan yang ingin dicapai dapat terlaksana secara maksimal. 

Selama ini saya memiliki pola pikir yang selalu berfokus pada apa yang kurang, apa yang mengganggu dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya saya lihat dengan cara pandang negatif yang semakin lama telah membuat saya lupa akan potensi kekuatan yang ada disekitar saya untuk dioptimalkan. Hal ini kiranya telah mengakibatkan saya menjadi ragu dalam melaksanakan setiap program yang akan dijalankan. 

Bahkan program itu cenderung tidak berjalan yang sering terkendala karena menghadapi persoalan keuangan, sarana dan prasarana sebagai akibat dari pandangan negatif serta minimnya upaya untuk membangun potensi yang ada di sekitar saya secara kreatif atau dalam menyampaikan ide-ide kreatif dalam kosistem sekolah. 

Namun sekarang saya telah mengetahui dan memahami bagaimana cara mengelola sumber daya sebagai pemimpin pembelajaran secara optimal dengan menggunakan pendekatan berbasis asset serta dapat memberdayakan seluruh asset yang ada di sekitar komunitas dengan strategi yang kreatif berdasarkan pemetaan 7 aset utama menurut Green dan Haines (2002) yang telah saya pelajari di Program Guru Penggerak pada modul 3.2 ini. Semoga tulisan ini juga dapat bermanfaat bagi pemerhati pendidikan serta guru dalam sebuah komunitas pendidikan atau sekolah yang ingin mengoptimalkan pemberdayaan aset atau modal utama sebagai sumber daya yang ada di sekitar kita dalam mendukung berjalannya program yang sering kali terkendala sebagai akibat dari minimnya faktor pendukung yaitu keuangan, sarana dan prasarana baik di daerah desa maupun perkotaan agar tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat berjalan dengan lancar.


Monday, April 12, 2021

KONEKSI ANTAR MATERI - PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

KONEKSI ANTAR MATERI 

ASIH ANDRIYANI - CGP ANGKATAN 1 - KABUPATEN CILACAP



Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Tuliskanlah Rangkuman Koneksi antar materi yang telah Anda Buat pada media yang Anda pilih.

  1. apabila menulis sebuah blog atau membuat tulisan di Google Site, dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda. Cantumkan alamat yang memuat tulisan tersebut pada blog ini.
  2. bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya. Upload video tersebut pada akun Youtube Anda. Cantumkan alamat video animasi dari akun youtube Anda pada blog ini. 
  3. Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda pun dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda dengan meunliskannya pada Blog ini 

Cara menulis rangkuman/mencantumkan alamat google site/mencantumkan alamat video youtube

·         Tulis judul rangkuman pada title

o    masukkan rangkuman jurnal perjalanan pembelajaran pada kotak message, sertakan alamat google site yang berisi rangkuman apabila berupa tulisan di google site

o    masukkan rangkuman jurnal perjalanan pembelajaran pada kotak message, sertakan alamat video animasi yang telah di upload di youtube apabila berupa animasi video

o    tuliskan rangkuman jurnal perjalanan pembelajaran pada kotak message, apabila berupa jurnal perjalanan tanpa media sosial

·         Anda dapat mengundang peserta lain untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.

JAWABAN DARI SETIAP PERTANYAAN PEMANTIK

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Guru sebagai pemimpin pembelajaran, perlu mengambil keputusan yang tepat dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid. Tugas guru sebagai pendidik yaitu menuntun segala kodrat / potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, longkungan sekolah, dan masyarakat. Melalui system among yang berdasarkan pada asah,asih, dan asuh untuk menciptakan murid merdeka belajar.

Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar dewantara yaitu:

1.   1.  Ing Ngarso Sung Tuladha, yaitu Guru sebagai pemimpin pembelajaran memberikan contoh yang baik kepada muridnya. Diibaratkan sebagai magnet, guru harus mampu menarik murid-muridnya untuk bisa diajak bekerjasama mencapai sebuah visi sekolah.

2.    2. Ing Madya Mangun Karsa, yaitu Guru sebagai pemimpin pembelajaran memberikan semangat kepada muridnya. Terjalinnya hubungan antara guru dan murid, sesuai dengan etika Pendidikan.

3.    3. Tut Wuri handayani, yaitu Guru sebagai pemimpin pembelajaran memberikan dorongan untuk muridnya supaya berkembang, dengan istilah lain sebagai motivator. Guru mendorong kinerja murid untuk mengembangkan potensi dan bakat yang dimilikinya.

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Agar kegiatan proses belajar mengajar efisien, maka harus ada sosok pemimpin yang mengatur dan mengelola proses pembelajaran. Keputusan guru harus sesuai  dengan arah dan tujuan pembelajaran sehingga berpihak pada murid.Nilai-nilai dan prinsip dalam diri seorang guru sangat berpengaruh dalam pengambiulan keputusan, misalnya nilai kejujuran, kepedulian, tanggung jawab dan kesetiaan. Adapun nilai dan peran guru penggerak yaitu: mandiri, kreatif, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan berpihak pada murid.

  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Guru sebagai Coach, akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai pilihan sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik. Adapun metode dalam Coaching kita mengenal istilah Model TIRTA, yaitu:

1.    1. Tujuan

2.    2. Identifikasi

3.   3.  Rencana Aksi

4.    4. Tanggung jawab

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran tentunya mengalami dilemma etika ataupun bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat menghadapi kasus murid ataupun rekan sejawat di sekolah. Dengan mempertimbangkan hal baik dan buruk, terkadang sebagai guru melakukan keputusan benar lawan benar, serta benar lawan salah.

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Sehingga harus memperhatikan berbagai aspek atau nilai-nilai kehidupan yang berpihak pada murid untuk mencapai kesuksesan belajar dan berdampak pada lingkingan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Kesulitan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan, diantaranya:

1.    1. Perbedaan persepsi antar warga sekolah

2.    2. Kasus dilemma etika anatar guru dan pimpinan

3.    3. Pengaruh dan nilai budaya masyarakat di lingkungan sekitar

  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Pengaruh pengambilan keputusan yang tepat dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita, maka akan membuat murid merasa senang dan nyaman terhadap gurunya. Sehingga tercipta murid merdeka belajar dengan profil pelajar Pancasila.

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dengan pengambilan keputusan yang tepat yang dilakukan oleh guru maka akan mengembangkan potensi bakat dan minat murid sesuai dengan kodratnya. Karena keputusan yang tepat akan menentukan masa depan murid.

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

1.    Nilai dan peran guru sangat berpengaruh dalam pengambulan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran

2.    Dalam pengambilan keputusan guru menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan

3.    Supaya keputusan lebih efektif guru dapat melakukan Coaching menggunakan model TIRTA, KSE, Pendekatan Inkuiri dengan model BAGJA

JURNAL MONOLOG Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

Tugas 3.1.a.7 Demontrasi Kontekstual

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Asih Andriyani - CGP Angkatan 1 - Kabupaten Cilacap

Jurnal Monolog

Anda diminta untuk membuat sebuah jurnal monolog (diskusi dengan diri sendiri). Jurnal ini dapat berupa blog-tulisan naratif maupun sebuah video atau audio yang merekam Anda menyampaikan sendiri konten berdurasi 3-5 menit, sesuai pertanyaan panduan berikut ini:

Panduan Pertanyaan/Guiding Questions :

1.     Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di  program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

2.  Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

3.      Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

4.    Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif. 

        Untuk menjadi guru penggerak, calon guru penggerak harus mengikuti pendidikan guru penggerak selama 9 bulan dan pengembangan kompetensi dalam Lokakarya Bersama dan pendidikan guru penggerak sudah saya lalui sekitar 6 bulan. Banyak sekali manfaat yang di dapat selama mengikuti program guru penggerak, diantaranya adalah menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, bertemu dengan guru-guru hebat, menambah semangat dan motivasi diri untuk terus belajar, dengan mengikuti program guru penggerak menyadarkan diri bahwa ternyata diri ini masih banyak kekurangan dan masih banyak yang harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi. banyak sekali pengalaman serta bimbingan langsung dari pendamping dan Fasilitator yang luar biasa serta instruktur yang berbeda di setiap modul ditambah lagi dengan adanya aksi nyata yang semakin menambah sensasi tersendiri yang membuat saya menjadi tertantang untuk mau melakukan perubahan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang sudah didapatkan.

         Begitu besar dan banyak manfaat yang di rasa selama mengikuti program guru penggerak, maka saya ingin banyak guru juga merasakan hal yamg sama seperti yang saya rasakan demi terwujudkan pendidikan Indonesia yang lebih baik.  Beberapa hal yang akan saya lakukan di sekolah tempat saya mengajar yaitu SD Negeri Nusawungu 05 untuk mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang sudah didapat selama mengikuti program guru penggerak

        Mengajak rekan sejawat dan guru lain yang tergabung dalam komunitas pendidikan untuk mengikuti program guru penggerak, baik itu secara langsung maupun dengan membagikan link blog yang berisi informasi tentang program guru penggerak agar guru tersebut mendapatkan pengetahuan dan bisa merasakan langsung manfaat yang akan didapat selama mengikuti program guru penggerak dan ini sudah  saya lakukan. Membagikan materi guru penggerak di group komunitas guru di sekolah maupun komunitas pendidikan lainnya hal ini juga sudah pernah lakukan

        Sebagai ketua KKG di kecamatan, maka ini merupakan moment yang tepat untuk saya mentransfer pengetahuan yang di dapat dalam program guru penggerak dan ini sudah pernah saya lakukan pada kegiatan KKG bulan lalu dan  akan saya lakukan kembali pada kegiatan KKG berikutnya. Membagikan materi guru penggerak dalam bentuk blog dan membagikan link tersebut di medsos komunitas pendidikan . Membuka ruang diskusi positif dan ruang kolaborasi antara guru dan pemangku kepentingan di dalam dan luar sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Menerapkan pengetahuan yang didapat dengan melakukan aksi nyata seperti yang pernah dilakukan sebelumnya pada tugas aksi nyata di setiap modul yaitu memperaktikkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Menjadi teladan atau contoh dalam mewujudkan merdeka belajar

        Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid. Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah. Langkah awal yang akan saya lakukan dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah  adalah

        Sebagai seorang pemimpin pembelajaran pasti kita sering di hadapkan pada situasi dimana kita harus mengambil suatu keputusan, sebelum kita mengambil sebuah keputusan langkah awal yang harus kita lakukan adalah memahami situasi apakah situasi yang kita hadapi termasuk dalam situasi dilema etika atau bujukan moral

 Menentukan paradigma yang sesuai dalam dilema etika yang terjadi, berdasarkan 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu : 

1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Menetukan 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu :

1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir

2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Serta 9 langkah pengambilan keputusan yaitu :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4. Pengujian benar atau salah, yang meliputi uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan Koran, uji panutan/idola

5. Pengujian paradigma benar lawan benar

6. Melakukan prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilema

8. Buat keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan

Langkah-langkah pengambilan keputusan tesrsebut akan segera saya terapkan yaitu hari ini terutama pada saat dihadapkan pada situasi dimana saya harus mengambil sebuah keputusan.

Dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran saya membutuhkan seorang pendamping yaitu kepala sekolah dan rekan sejawat untuk berkolaborasi dalam mengambil sebuah keputusan

Kepala sekolah dan rekan sejawat yaitu Bpk Sardjiman, S.Pd. dan Oktavian Tri Utomo, S.Pd yang akan menjadi teman diskusi untuk menentukan apakah langkah-langkah yang saya ambil telah tepat dan efektif dan sebagai bentuk refleksi dan masukan dari kepala sekolah dan rekan sejawat dari apa yang sudah saya lakukan. 


 

No.

Tugas

Ada (A)/

Tidak Ada (TA)

1

Isi:Apa rencana ke depan dalam menjalani pengambilan  keputusan yang mengandung unsur dilema etika? Bagaimana Anda bisa mengukur efektivitas pengambilan keputusan Anda? Siapa yang akan membantu atau mendampingi Anda? 

Ada

2

Isi: Bagaimana Anda akan menerapkan pengambilan keputusan seperti ini pada lingkungan Anda, pada murid-murid Anda, dan pada kolega guru-guru Anda yang lain? Kapan Anda akan menerapkannya?

Ada.

3

Teknis: Kejelasan suara/tulisan di video/blog naratif Anda, format apa yang akan gunakan, sudahkah Anda mengujinya/membacanya dan melihat hasilnya/membayangkan bila orang lain membaca tulisan Anda?

 Ada.

 

4

Teknis: Durasi waktu/panjang tulisan, apakah sudah diuji untuk maksimal dan minimal waktu berbicara, atau apakah sudah ditinjau isi dan panjang tulisan Anda, dan kepadatan/intisari  materi yang Anda ingin sampaikan?

Secara teknis, yang akan saya gunakan adalah blog naratif.

 Ada

 

 

 





Monday, November 30, 2020

KONSEP PERUBAHAN KOLABORATIF BAGJA DALAM MEWUJUDKAN VISI MURID MERDEKA BELAJAR DAN BERKARAKTER

 1.3.a.9. Koneksi Antar Materi - Sintesis Berbagai Materi 

( Modul 1.3 )

ASIH ANDRIYANI

CGP Angkatan 1 Kabupaten Cilacap



Konsep Merdeka Belajar dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara 

        Ki Hadjar Dewantara memiliki konsep tentang pendidikan yang didasarkan pada asas kemerdekaan yang memiliki arti bahwa manusia diberi kebebasan dari Tuhan yang Maha Esa untuk mengatur kehidupannya dengan tetap sejalan dengan aturan yang ada di masyarakat. Tujuan pendidikan adalah kesempurnaan hidup manusia sehingga dapat memenuhi segala keperluan lahir dan batin yang diperoleh dari kodrat alam. Maksud pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yaitu mendapatkan kemajuan lahir dan batin. Tujuan pendidikan adalah tentang kepuasan atau ketentraman lahir dan batin, atau juga dapat diterjemahkan sebagai bahagia, atau rahayu, yaitu kondisi seseorang dalam keadaan senang dalam hidup batin, sehingga dapat dipahami jika pendidikan merupakan cara untuk mendapatkan kemerdekaan jiwa. Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi, wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya. Sejalan dengan hal tersebut, Ki Hadjar Dewantara juga mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan yang umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, dan tubuh anak; dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah- pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya”. Pendidikan yang dimaksud oleh Ki Hadjar Dewantara, yakni mempertimbangkan keseimbangan cipta, rasa, dan karsa tidak hanya sebagai proses transfer ilmu pengetahuan namun sekaligus proses transformasi nilai. Sehingga dengan kata lain, pendidikan diharapkan mampu membentuk karakater manusia menjadi manusia yang seutuhnya. Ki Hadjar Dewantara telah jauh berpikir dalam masalah pendidikan karakter, mengasah kecerdasan budi sungguh baik karena dapat membangun budi pekerti yang baik dan kokoh, hingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan).

Ki Hadjar Dewantara memiliki strategi pengembangan pendidikan diantaranya pertama, pandangan mengenai jiwa merdeka yang harus ditanamkan pada generasi penerus karena hanya mereka yang berjiwa merdeka yang dapat melanjutkan perjuang dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia sehingga dibutuhkan pendidikan nasional dan pendidikan merdeka pada anak-anak untuk memperjuangkan kemerdekaan nasional, yaitu merdeka secara lahir dan batin. Dapat dipahami bahwa merdeka merupakan sanggup dan kuat untuk berdiri sendiri. Kedua, pendidikan merupakan suatu usaha untuk memberikan segala kebatinan, yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada setiap pencerahan kultur, tidak hanya pemeliharaan akan tetapi juga memajukan serta mengembangkan kebudayaan menuju arah keluhuran hidup kemanusiaan (Dewantara, 2009). Ketiga, pendidikan merupakan sarana dalam mencapai pembaharuan, sehingga harus dipahami bahwa segala kepentingan anak didik mengenai kepentingan pribadi maupun masyarakat jangan sampai meninggalkan kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan alam maupun zaman. Dalam melaksanakan pengajaran yang luhur adalah yang terdapat kodrat alam di dalamnya, untuk mengetahui kodrat alam itu seseorang perlu memiliki kebersihan budi, yaitu sikap yang terdapat pada berpikir, halusnya rasa, dan kekuatan kemauan atau keseimbangan antara cipta rasa, dan karsa (Dewantara, 2009).

        Merdeka belajar merupakan sebuah gagasan yang membebaskan para guru dan siswa dalam menentukan sistem pembelajaran.Tujuan dari merdeka belajar, yakni menciptakan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa dan guru karena selama ini pendidikan di Indonesia lebih menekankan pada aspek pengetahuan daripada aspek keterampilan. Merdeka belajar juga menekankan pada aspek pengembangan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa Indonesia. Ki Hadjar Dewantara memandang pendidikan sebagai pendorong bagi perkembangan siswa, yaitu pendidikan mengajarkan untuk mencapai perubahan dan kebermanfaatan bagi lingkungan sekitar. Merdeka belajar merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai pembentuk karakter bangsa dimulai yang dari pembenahan sistem pendidikan dan metode belajar. Diharapkan merdeka belajar dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik serta memberikan manfaat pada lingkungan.

Nilai dan Peran Guru dalam Mewujudkan Konsep Murid Merdeka Belajar

Guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak kegiatan sekolah. Tanpa adanya guru, kegiatan belajar mengajar di sekolah tidaklah berjalan baik. Karena tugasnya mengajar, maka guru harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru/pengajar harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar atau pembelajaran. Dengan kemampuan itu, guru dapat melaksanakan perannya, yakni:

1. Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

2. Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran.

3. Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan yang menantang siswa agar melakukan kegiatan belajar.

4. Sebagai komunikator, yang melakukan komunikasi dengan siswa dan masyarakat.

5. Sebagai model, yang mampu memberikan contoh baik kepada siswanya agar berperilaku baik.

6. Sebagai elevator, yang melakukan penilaian terhadap kemajuan belajar siswa.

7. Sebagai inovator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada masyarakat.

8. Sebagai agen moral dan politik, yang turut membina moral masyarakat, peserta didik, serta menunjang upaya-upaya pembangunan.

9. Sebagai agen kognitif, yang menyebarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik dan masyarakat.

10. Sebagai manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga proses pembelajaran berhasil.

Di samping harus memiliki kemampuan profesional pembelajaran, setiap guru selaku tenaga kependidikan harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kedua jenis kemampuan terakhir ini turut menunjang pelaksanaan kemampuan profesional dalam belajar mengajar.Saat ini, banyak berpandangan bahwa peranan guru hanya mendidik dan mengajar saja. Sebenarnya salah satu peran guru lainnya yaitu menjadi teladan bagi peserta didik dan dapat menuntun dan mengarahkan potensi yang dimilikinya ke arah yang lebih baik sehingga dapat berkembang dan berguna bagi masyarakat dan lingkungan di mana pun ia berada.


Visi Guru/Sekolah yang Mendukung Konsep Murid Merdeka Belajar


Visi merupakan impian atau harapan tentang masa depan yang kita inginkan dan berusaha kita ciptakan. Sebagai guru, kita tentu memerlukan sebuah visi yang jelas yang menggambarkan seperti apa layanan dan lingkungan pembelajaran yang perlu kita berikan kepada peserta didik. Keyakinan kita atas visi itulah yang akan membuat kita terpacu untuk melakukan peningkatan kualitas diri serta menguatkan kolaborasi di lingkungan sekolah sehingga menjadi upaya perbaikan yang berkesinambungan.

Hal yang tidak mudah untuk menjalankan sebuah perubahan positif yang ada di sekolah, karena suatu perubahan perlu adanya kerjasama oleh semua pihak, dan upaya yang konsisten. Melakukan perubahan budaya positif tentu memiliki tantangan. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus melakukan inovasi dan terbuka terhadap kenyataan yang sedang dihadapi pada masa kini dan yang akan datang. Perubahan positif yang konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu yang berjenjang, oleh karena itu kita sebagai guru harus terus berlatih mengembangkan diri, dan berupaya menggerakkan orang lain, dengan niat yang tulus dan ikhlas demi mewujudkan visi sekolah. Mengelola suatu perubahan positif untuk mewujudkan murid merdeka belajar di sekolah tentu kita membutuhkan sebuah manajemen perubahan, dimana menajemen ini dilakukan dengan tahapan BAGJA yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan.

Inkuiri apresiatif menggunakan prinsip psikologi positif dan prinsip pendidikan positif. Inkuiri apresiatif adalah sebuah pendekatan kolaboratif untuk mengetahui kondisi suatu organisasi atau komunitas dalam mengembangkan perilaku suatu organisasi melalui pengajuan pertanyaan yang tersusun dalam tahapan BAGJA dan dijalankan dalam suasana yang positif dan apresiatif. 

Bagja merupakan model manajemen perubahan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif. 

Alur BAGJA sebagai berikut.


B artinya Buat Pertanyaan Utama untuk menentukan arah penelusuran

A artinya Ambil Pelajaran untuk menuntun pengambilan pelajaran

G artinya Gali untuk menyusun narasi keadaan ideal

J artinya Jabarkan Rencana untuk mengidentifikasi tindakan yang diperlukan

artinya Atur Eksekusi untuk membantu transformasi rencana menjadi nyata





        Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat gradual. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, guru penggerak hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di bawah pengaruhnya untuk menjalani proses bersama-sama. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah.

     Pada awal penerapannya nanti, guru penggerak mungkin merasakan kejanggalan atau meragukan keberhasilannya. Mari kita menguatkan kemauan melalui kurva belajar. Kurva belajar yang akan  dialami guru penggerak mirip seperti seekor anak burung yang belajar terbang.  Pada saat pertama kali terbang, jalur terbang anak burung tidak akan langsung ke atas, tapi akan ke bawah dahulu kemudian meliuk ke atas sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

        Pertama kali respon kita menghadapi perubahan adalah shock. Kemudian kita masuk ke tahap denial alias menyangkal. Sampai kita masuk dalam tahap frustrasi karena ternyata kondisi berdampak pada segala sektor. Disini ada dua kemungkinan, bila kita berhasil melewati tahap ini kita akan bergerak naik dalam grafik perubahan tersebut. Orang yang bisa move on dia akan mengeksplorasi dan melihat peluang yang ada dan mulai menerima kondisi ini menjadi a new normal. Akhirnya kita menjalani gaya kehidupan yang berubah ini menjadi kebiasaan baru. Demikianlah seterusnya kita akan masuk dalam siklus proses perubahan di atas ketika menghadapi perubahan baru lainnya.
        Dengan merujuk pada kurva belajar ini,  maka marilah terus percaya bahwa pendekatan positif akan membuahkan hasil yang lebih luar biasa. Ini semua perlu dibiasakan. Ini adalah kebiasaan baru.


CGP Kab.Cilacap
Angkatan 1

Ki